Saya ada catatan perjalanan sedikit
Purwakarta – Subang (38 Km)
- Kondisi jalan aspal oke tidak banyak hambatan
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Truck barang dan bus lumayan banyak
Subang – Kadipaten (70 Km)
- Kondisi jalan aspal oke walaupun ada lubang sana sini tapi sedikit.
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Harus ekstra hati-hati banyak tikungan tajam dan hampir melingkar tetapi jalan agak datar.
- Truck barang dan bus lumayan banyak
Kadipaten – Palimanan (45 km)
- Kondisi jalan beton akan tetapi lumayan banyak yang rusak, harus pilah pilih jalan.
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Lewat seperti hutan-hutan jadi agak sepi juga tapi sejuk.
Palimanan – Cirebon (12 Km)
- Kondisi jalan aspal, lalu lintas ramai
- Terdiri dari dua jalur empat lajur
Cirebon – Pejagan (29 km)
- kondisi jalan aspal tetapi agak bergelombang.
- Terdiri dari dua jalur empat lajur
- Beberapa tempat kondisi jalan ada yang berlubang.
- Setelah sampai Pejagan kita ambil jalan memutar di ujung median lalu lewati jalan kereta api menuju bumiayu.
Pejagan – Bumiayu (61 km)
- Kondisi jalan aspal akan tetapi ditengah perjalanan berganti dengan beton dan ada beberapa yang berlobang dan bergelombang.
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun, beberapa jalan disampingnya jurang.
- Kita akan disuguhi pemandangan yang indah seperti sawah dilewati jalan kereta dengan latar belakang gunung, sungai, pertanian bawang merah, yang pasti asik.
- Harga oleh-oleh dikawasan perjalanan ini : 1. telor asin biasa Rp. 1500,-/biji ; 2. telor asin bakar Rp. 2000,-/biji ; 3. Bawang Merah bukan ikatan Rp. 4500,-/kilo.
Bumiayu – Purwokerto (38 km)
- Kondisi jalan aspal, ada beberapa yang berlobang dan bergelombang.
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun dan yang pasti sejuk.
Purwokerto – Baturaden (21 km)
- Kondisi jalan aspal, mulus akan tetapi menanjak/naik terus.
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
Purwokerto – Banyumas (17 km)
- Kondisi jalan aspal
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun dan sejuk.
Banyumas – Banjarnegara – Wonosobo (87 km)
- Kondisi jalan aspal
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun dan pasti sejuk.
Wonosobo – Dieng (22 km)
- Kondisi jalan aspal
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun dan pasti sejuk.
- Ditengah perjalanan kearah dieng kita dapat berhenti kebeberapa tempat yang menurut saya indah.
1. Gardu Pandang pesona alam Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing
2. Telaga Warna
3. Kawah Sikidang
4. Candi Bima, Arjuna, Gatotkaca
5. Telaga Bale Kambang, dll.
Wonosobo – Temanggung – Secang (54 Km)
- Kondisi jalan aspal
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun dan pasti sejuk.
- Ke arah Ungaran dan Semarang dianjurkan belok kiri kalau ke kanan ke arah Magelang dan Yogyakarta.
Secang – Ambarawa - Ungaran (33 Km)
- Kondisi jalan aspal
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun
- Beberapa obyek wisata diambara antara lain
1. Monumen Palagan Ambarawa
2. Museum Kereta api
Ungaran – Bandungan – Gedong Songo (14 Km)
- Kondisi jalan aspal
- Terdiri dari dua jalur dua lajur
- Jalan berkelak-kelok dan naik turun
- Di Bandungan ada beberapa obyek wisata seperti
1. Pendakian Gunung Ungaran
2. Pemancingan Jimbaran
3. Kuliner tahu sutera, sate kelinci, skoteng.
4. Klo paling ujung ada Gedong Songo atau Candi Sembilan yang letaknya berjauhan dan ada didaerah perbukitan. Soal hawanya so pasti dingin.
Ungaran – Semarang (39 km)
1. Ada obyek yang pas untuk foto yaitu Pagoda Budha di daerah Watugong
2. Klenteng Sam Poo Kong, didaerah Sampangan
3. Lawang Sewu (seribu pintu) ada di pusat kota Semarang tepatnya Monumen Tugu Muda. Didalamnya kita bisa ikut uji nyali di terowongan bawah tanahnya.
4. Klo mo oleh2 ada di jalan Pandanaran dekat dengan Tugu Muda, ada Bandeng Presto Juwana, Brownies kukus Maylani, Lumpia, pokoke muacem-muacem dah.
5. Kota tua semarang dengan Gereja Blenduk lalu Stasiun Tawang.
Klo pulang naik kereta tinggal ke stasiun poncol deh kita.
Kira kira begitu sumbang pengalamannya.
Endro Graha Raya